Kecantikan yang Tidak Pernah Pudar
Amsal 31:30
Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji.
Kemolekan adalah bohong, dan kecantikan adalah sia-sia—dua kalimat yang
mungkin terdengar keras bagi dunia yang memuja penampilan. Namun, Amsal 31:30 menegaskan realitas rohani
yang mendalam: nilai sejati seseorang tidak diukur dari pesona luar, tetapi
dari hati yang takut akan Tuhan. D
Dalam bahasa Ibrani, kata ḥēn (kemolekan) menggambarkan daya tarik yang menyenangkan, dan yōpî (kecantikan) menunjuk pada keindahan fisik. Namun keduanya disebut šeqer (bohong) dan hebel (sia-sia)—menandakan sesuatu yang rapuh, cepat pudar, dan tidak kekal. Sementara itu, “takut akan TUHAN” (yir’at Adonai) justru menjadi sumber keindahan yang tidak bisa dipalsukan: keindahan yang lahir dari hati yang menghormati, mengasihi, dan tunduk kepada Allah.
Ayat ini muncul dalam konteks penutup kitab Amsal, yang menggambarkan “istri yang cakap” bukan sekadar sebagai sosok ideal bagi perempuan, tetapi sebagai simbol dari kehidupan yang bijak dan berkenan di hadapan Tuhan.
Dunia mungkin mengagumi wajah cantik, tetapi hikmat memuji hati yang taat.
Dunia memuliakan yang memesona, namun
Tuhan memuliakan yang beriman. Kecantikan
jasmani bisa menawan mata, tetapi takut akan Tuhan memikat hati—bukan hanya
hati manusia, tetapi juga hati Allah sendiri.
Kita hidup di zaman di mana nilai diri sering ditentukan oleh citra luar: berapa banyak pujian di media sosial, seberapa menarik tampilan diri, seberapa serasi dengan tren masa kini. Namun, pesan Amsal 31:30 menembus semua itu: kemolekan bisa menipu, kecantikan bisa memudar, tapi karakter yang takut akan Tuhan akan selalu memancarkan keindahan yang tidak lekang oleh waktu.
Kecantikan lahir dari hubungan yang benar dengan Tuhan—bukan dari apa yang terlihat, tetapi dari siapa kita di dalam Dia.
Perempuan yang takut akan Tuhan dipuji bukan karena ia sempurna, melainkan karena ia hidup dalam kesadaran akan kasih dan kedaulatan Tuhan. Ia menyalurkan kasih, kebijaksanaan, dan kekuatan dari sumber yang tidak terbatas. Ia bisa menua tanpa kehilangan pesona, bisa menghadapi badai tanpa kehilangan damai, karena kecantikannya bersumber dari iman yang teguh. Dunia mungkin menilai bahwa daya tarik sejati ada pada kulit yang mulus, senyum yang memesona, atau gaya yang elegan—tetapi firman Tuhan mengingatkan bahwa keindahan yang sesungguhnya bersinar dari hati yang takut akan Dia.
Dan ayat ini bukan hanya berbicara kepada perempuan. Ini adalah panggilan bagi setiap orang, laki-laki maupun perempuan, untuk menemukan nilai diri bukan pada penampilan, melainkan pada kedalaman karakter rohani. Dunia melihat dari luar, tetapi Tuhan melihat ke dalam hati (1 Samuel 16:7). Di hadapan-Nya, yang Ia puji bukanlah siapa yang paling indah, paling populer, atau paling sempurna, melainkan siapa yang paling setia dan paling takut akan Dia.
Maka, renungan hari ini mengundang kita untuk berhenti sejenak dan
bertanya: di mana kita mencari nilai diri kita? Apakah kita menaruhnya pada hal-hal yang cepat
pudar, atau pada sesuatu yang kekal? Kecantikan
bisa menarik perhatian, tapi hanya takut akan Tuhan yang bisa menumbuhkan
kehidupan yang indah di mata Allah. Keindahan
yang sejati bukanlah hasil dari kosmetik atau cahaya kamera, melainkan dari
kehidupan yang berjalan dalam kasih dan hormat kepada Sang Pencipta.
Kecantikan sejati tidak akan pernah pudar, karena sumbernya bukan dunia—melainkan Tuhan yang kekal.
"Kecantikan sejati tidak ditemukan di cermin, tetapi di hati yang takut akan Tuhan."
