Lebih Berharga dari Emas
Amsal 10:2
Harta yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut.
Di dunia yang serba cepat ini, orang mudah tergoda untuk
mencari jalan pintas. Kita sering
mendengar ungkapan, “Yang penting hasilnya.” Namun, Amsal 10:2 mengingatkan bahwa hasil
tanpa kebenaran tidak memiliki makna.
Harta yang diperoleh dengan cara yang salah mungkin tampak memberi jaminan sementara, tetapi pada akhirnya tidak memberi damai sejahtera.
Ada kekosongan di balik keberhasilan yang dibangun di atas kebohongan. Bayangkan seseorang yang bekerja keras, namun dalam prosesnya ia mengorbankan integritas—memanipulasi angka, memutar fakta, atau menipu orang lain demi keuntungan.
Ia mungkin bisa membeli kenyamanan hidup, tetapi ia tidak bisa membeli ketenangan hati. Ia mungkin bisa membangun rumah besar, tetapi tidak bisa menyingkirkan rasa bersalah yang bersemayam di dalamnya. Itulah maksud dari “tidak berguna”—bukan karena uangnya tidak bisa dipakai, tetapi karena tidak memberi makna sejati bagi jiwa.
Sebaliknya, kebenaran membawa perlindungan. Orang benar mungkin tidak memiliki segalanya, tetapi ia memiliki damai. Ia mungkin tidak kaya raya, tetapi hatinya tenang. Ketika badai kehidupan datang, kebenaranlah yang menegakkan dirinya di hadapan Tuhan. “Kebenaran menyelamatkan dari maut” bukan hanya dalam arti rohani—diselamatkan dari kebinasaan kekal—tetapi juga dalam arti kehidupan sehari-hari: kebenaran menjaga kita dari kehancuran akibat dosa dan kebohongan.
Dalam pandangan dunia, orang yang berani mengambil jalan pintas sering dianggap pintar dan cepat sukses. Namun, dalam pandangan Tuhan, keberanian sejati adalah berani hidup jujur meski lambat hasilnya. Kebenaran tidak menjanjikan jalan mudah, tetapi menjanjikan akhir yang penuh sukacita.
Kekayaan yang diperoleh dengan kefasikan seperti pasir yang mudah tergerus gelombang; sementara kebenaran adalah batu karang yang kokoh menopang kehidupan.
Menjadi orang benar di tengah dunia yang kompromistis bukan hal mudah. Tapi justru di situlah nilai sejati kebenaran terlihat. Saat kita memilih untuk tidak curang meski bisa, untuk tidak menipu meski menguntungkan, dan untuk tetap adil meski sulit, kita sedang menanam benih kehidupan kekal. Tuhan tidak pernah menutup mata terhadap setiap keputusan benar yang kita ambil. Ia mungkin tidak memberi kita kekayaan besar, tetapi Ia memberi sukacita yang dunia tak bisa mengerti.
Kebenaran bukan sekadar pilihan etis, melainkan bentuk penyembahan.
Setiap kali kita menolak untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang salah, kita sedang berkata kepada Tuhan, “Aku lebih mengasihi Engkau daripada hasil itu.” Dan Tuhan menghargai hati seperti itu. Ia berkenan pada orang yang menempatkan integritas di atas keuntungan.
Mungkin hari ini kita sedang menghadapi pilihan sulit: tetap jujur tapi rugi, atau sedikit curang dan untung. Amsal ini mengingatkan kita—kekayaan tanpa kebenaran tidak akan membawa kita ke mana-mana. Sebaliknya, kebenaran akan menjaga kita bahkan ketika keadaan tampak tidak berpihak. Dunia mungkin tidak selalu menghargai orang benar, tetapi Tuhan selalu memperhatikan mereka. Ia sendirilah yang menjadi upah terbesar bagi mereka yang hidup dalam kebenaran.
Mari kita belajar menilai ulang arti “keberhasilan.” Keberhasilan bukan diukur dari banyaknya yang kita miliki, tetapi dari cara kita memperolehnya dan siapa yang kita percayai di dalamnya. Harta yang diperoleh dengan kefasikan mungkin tampak menguntungkan hari ini, tetapi kebenaran memberi kehidupan yang kekal. Lebih baik sedikit tetapi benar, daripada banyak tetapi salah. Karena pada akhirnya, hanya kebenaran yang akan menyelamatkan kita.
Kekayaan tanpa kebenaran hanyalah kehampaan;
tetapi kebenaran membawa kehidupan sejati.
