Aktif Menambah Jumlah Orang Benar
Amsal 29:2
Jika orang benar bertambah banyak, bersukacitalah rakyat, tetapi apabila orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat.
Setiap orang mendambakan pemimpin yang adil, bijaksana, dan takut akan Tuhan. Kita ingin hidup di tengah masyarakat yang makmur, tenteram, dan damai. Namun firman Tuhan dalam Amsal 29:2 menantang kita untuk melihat lebih dalam: sukacita rakyat tidak hanya bergantung pada siapa yang berkuasa di atas, tetapi juga pada berapa banyak orang benar yang hidup di tengah masyarakat.
Artinya, kebahagiaan dan keadilan bukan hanya tanggung jawab seorang pemimpin, tetapi buah dari kehidupan orang-orang yang memilih untuk berjalan dalam kebenaran.
Ayat ini membawa pesan yang sederhana tetapi kuat: orang benar membawa sukacita, orang fasik membawa keluhan. Dua kelompok ini mewakili dua cara hidup yang berlawanan—yang satu hidup dengan takut akan Tuhan, yang lain menolak hikmat-Nya. Di mana orang benar bertambah banyak, keadilan tumbuh, dan masyarakat merasa aman. Sebaliknya, di mana orang fasik berkuasa, keadilan runtuh, dan rakyat hidup dalam kesedihan.
Namun perenungan ini tidak berhenti pada penilaian terhadap pemimpin; ia mengajak kita untuk memeriksa diri sendiri: apakah hidup kita termasuk bagian dari yang membawa sukacita, ataukah tanpa sadar kita turut menambah keluhan di sekitar kita?
Kehadiran orang benar dalam masyarakat memberi dampak yang nyata. Orang benar tidak selalu berarti orang yang sempurna, melainkan mereka yang hidup dalam ketaatan dan takut akan Tuhan. Mereka bekerja dengan jujur, memperlakukan sesama dengan kasih, dan menegakkan keadilan meskipun itu tidak selalu mudah. Mereka mungkin tidak terkenal, tetapi kehadiran mereka membawa keteduhan.
Dalam keluarga, mereka menjadi teladan bagi anak-anak. Di tempat kerja, mereka menjadi rekan yang dapat dipercaya. Di lingkungan masyarakat, mereka menjadi penyejuk yang menularkan damai.
Dunia ini tidak kekurangan orang berbakat atau cerdas, tetapi sungguh membutuhkan lebih banyak orang benar—orang yang berani melakukan yang benar meskipun tidak populer.
Sebaliknya, keberadaan orang fasik selalu membawa penderitaan. Orang fasik bukan hanya mereka yang berbuat jahat secara terang-terangan, tetapi juga mereka yang menolak jalan kebenaran Tuhan, memilih keuntungan pribadi di atas keadilan, dan menutup mata terhadap penderitaan sesama. Mereka bisa saja pandai, berpengaruh, bahkan tampak berhasil, tetapi kehadirannya menciptakan ketakutan dan keputusasaan di sekitar mereka. Ketika orang fasik memegang kendali—entah dalam pemerintahan, perusahaan, atau keluarga—akan muncul keluhan dan kesedihan. Bukan hanya karena kekurangan materi, tetapi karena hilangnya keadilan dan kasih. Ketika hati manusia jauh dari Tuhan, keputusan apa pun yang diambil akan selalu menciptakan luka.
Bayangkan seandainya di sebuah kota jumlah orang benar semakin bertambah banyak. Di sekolah, para guru mengajar dengan hati, bukan hanya dengan kewajiban. Di pasar, para pedagang menjual dengan jujur. Di kantor, para pemimpin bekerja dengan integritas. Di gereja, para pelayan Tuhan melayani dengan kasih dan kesetiaan. Di rumah tangga, orang tua mendidik anak-anak dengan teladan yang benar.
Hasilnya? Sukacita dan kedamaian menjadi nyata, bukan hanya dalam bentuk kebahagiaan pribadi, tetapi dalam kesejahteraan bersama. Inilah yang dimaksud “rakyat bersukacita”—ketika kebenaran Tuhan ditegakkan di setiap lapisan kehidupan.
Namun, ayat ini juga memberikan penghiburan bagi kita yang mungkin sedang hidup di tengah dunia yang dikuasai oleh sistem yang tampak tidak adil. Ketika kejahatan seolah berkuasa dan suara kebenaran tidak didengar, kita mudah menjadi lemah dan putus asa. Tetapi firman Tuhan menegaskan bahwa Allah tetap berdaulat. Tidak ada pemerintahan manusia yang berada di luar pengawasan-Nya. Tuhan memanggil kita untuk tetap setia, meskipun situasi tampak gelap. Ia ingin agar kita menjadi bagian dari orang benar yang menyalakan terang di tengah dunia yang kelam. Sukacita sejati bukan berasal dari siapa yang memerintah, tetapi dari kehadiran Allah di tengah umat-Nya.
Karena itu, jangan menunggu orang lain untuk memulai. Jadilah “orang benar” di tempat Tuhan menempatkan kita hari ini.
Mungkin kita bukan pemimpin besar, tetapi setiap tindakan benar yang kita lakukan memberi dampak yang lebih besar daripada yang kita kira. Setiap keputusan jujur, setiap kata yang meneguhkan, setiap pilihan untuk mengasihi di tengah kebencian—semuanya menyalakan api sukacita yang menular. Tuhan tidak memanggil kita untuk mengubah dunia sendirian, tetapi untuk hidup benar dalam lingkup pengaruh kita, sekecil apa pun itu.
Mari kita berdoa agar Tuhan menumbuhkan semakin banyak orang benar di negeri ini. Bukan hanya di kursi pemerintahan, tetapi juga di ruang kelas, pasar, kantor, gereja, bahkan rumah tangga. Dunia ini akan bersukacita bukan karena jumlah orang hebat, tetapi karena bertambahnya orang yang hidup dalam takut akan Tuhan.
Ketika orang benar bertambah banyak, sukacita bukan lagi sekadar janji, melainkan kenyataan yang dapat dirasakan semua orang. Kiranya hidup kita menjadi bagian dari jawaban atas doa itu—membawa terang, menyalakan harapan, dan menabur sukacita di mana pun Tuhan menempatkan kita.
Ketika kita memilih hidup benar,kita sedang menambah jumlah sukacita di dunia ini.
