Jangan Cuma Berdoa
![]() |
Amsal 27:25-27
“Kalau rumput menghilang dan tunas muda nampak, dan rumput gunung dikumpulkan, maka engkau mempunyai domba-domba muda untuk pakaianmu dan kambing-kambing jantan untuk pembeli ladang, pula cukup susu kambing untuk makananmu dan makanan keluargamu, dan untuk penghidupan pelayan-pelayanmu perempuan.”Hidup memiliki irama dan musim. Ada masa ketika sesuatu yang lama hilang, namun akan selalu muncul yang baru. Rumput yang mengering bukan akhir dari segalanya, melainkan tanda bahwa tunas muda akan segera tumbuh. Alam yang diciptakan Tuhan berbicara banyak tentang cara-Nya bekerja dalam kehidupan manusia: selalu ada pergantian musim, ada waktu menanam dan waktu menuai, ada saat kehilangan dan saat pemulihan. Dalam setiap perubahan itu, Tuhan ingin kita belajar peka dan tanggap, bukan cemas dan pasif.
Amsal ini mengajak kita untuk melihat kehidupan bukan dari kacamata kekhawatiran, melainkan dari sudut pandang hikmat. Tuhan sudah menata siklus kehidupan dengan sempurna, tetapi Ia juga memberi kita tanggung jawab untuk mengelolanya dengan bijaksana.
Ketika “rumput gunung dikumpulkan,” ada gambaran tentang seseorang yang bekerja, mempersiapkan, dan mengatur hasil yang ada. Ia tidak duduk menunggu mujizat, tetapi turut serta dalam proses yang Tuhan sediakan. Hikmat bukan hanya soal memahami kehendak Allah, tetapi juga tentang menanggapinya dengan tindakan yang konkret dan penuh tanggung jawab.
Ayat ini mengandung pesan penting tentang keseimbangan antara iman dan kerja keras.
Iman percaya bahwa Tuhan akan menyediakan, sementara kerja keras menunjukkan bahwa kita bersedia menjadi bagian dari penyediaan itu. Orang berhikmat tahu bahwa berkat Tuhan sering kali datang melalui tangan yang rajin dan hati yang setia. Ia tidak menunggu hujan emas dari langit, melainkan dengan setia menggembalakan, menanam, memanen, dan mengatur hasilnya. Dalam kesetiaannya, ia menemukan bahwa Tuhan memang setia mencukupkan.
Hasil dari hikmat dan tanggung jawab itu digambarkan begitu nyata. Ada domba-domba muda untuk pakaian, kambing jantan untuk membeli ladang, susu kambing untuk makanan seluruh keluarga, bahkan untuk pelayan-pelayan perempuan. Berkat Tuhan selalu berlimpah ketika kita mengelola musim dengan benar. Bukan hanya kebutuhan pribadi yang tercukupi, tetapi juga kehidupan orang-orang di sekitar kita ikut terpelihara. Dalam bahasa lain, kesetiaan kita hari ini menjadi berkat bagi banyak orang esok hari.
Namun, ayat ini juga mengandung peringatan halus: jangan abaikan pekerjaan kecil yang Tuhan percayakan, karena di sanalah terletak sumber berkat yang berkelanjutan.
Dunia sering kali tergoda untuk mencari hasil instan—kekayaan cepat, jalan pintas menuju sukses, atau kepuasan yang segera. Tetapi Amsal mengingatkan bahwa berkat sejati datang dari ketekunan yang sederhana namun setia. Domba dan kambing mungkin tampak biasa, tetapi ketika dipelihara dengan rajin, hasilnya bisa menopang banyak kehidupan.
Tuhan tidak mencari orang yang luar biasa, tetapi orang yang bersedia setia di musim apa pun yang Ia berikan.
Ketika kita belajar menghargai setiap musim kehidupan, kita juga belajar untuk tidak panik saat “rumput menghilang.” Musim sulit bukan berarti Tuhan berhenti bekerja. Kadang Ia sedang menyiapkan tunas baru yang akan tumbuh lebih segar dan kuat. Waktu kekurangan, masa penantian, atau momen kehilangan sering kali justru menjadi lahan di mana iman kita diuji dan ditumbuhkan. Saat kita tetap setia mengerjakan bagian kita di tengah masa kering, Tuhan sedang menumbuhkan sesuatu yang baru di balik layar kehidupan kita.
Kesetiaan di setiap musim juga berarti bersyukur atas apa yang ada di tangan kita saat ini. Tidak semua orang diberi domba atau ladang dalam arti harfiah, tetapi setiap orang diberi tanggung jawab dan kesempatan. Mungkin bentuknya adalah pekerjaan sederhana, pelayanan kecil, atau keluarga yang perlu dirawat dengan sabar. Bila kita mengelolanya dengan hati yang penuh kasih dan tanggung jawab, Tuhan sanggup mengubahnya menjadi sumber berkat yang berlimpah.
Dari tangan yang setia, Tuhan menyalurkan pemeliharaan-Nya bagi banyak orang.
Amsal ini mengingatkan bahwa hidup berhikmat bukan tentang mengejar hal-hal besar, melainkan tentang menjadi setia dalam hal-hal kecil. Ketika kita setia menggembalakan “domba dan kambing” yang dipercayakan Tuhan—apa pun bentuknya—maka akan ada cukup untuk kita dan untuk mereka yang bergantung pada kita. Tuhan memberkati tangan yang bekerja dan hati yang bersyukur. Ia menumbuhkan tunas baru di waktu yang tepat dan menjadikan hidup kita saluran berkat bagi banyak orang.
Kiranya setiap musim yang kita lalui menjadi kesempatan untuk membuktikan kesetiaan kepada Tuhan. Saat rumput menghilang, jangan takut. Tunas baru akan segera muncul. Ketika satu pintu tertutup, Tuhan sedang menumbuhkan peluang lain yang tak kalah indah.
Tetaplah bekerja dengan hati yang taat, kelola dengan bijak apa yang ada di tanganmu, dan percayalah—Tuhan yang menumbuhkan rumput di gunung juga akan menumbuhkan berkat dalam hidupmu.
